Monday, January 11, 2010

Belibet dan Tidak Yakin

Saya mersa belibet...

kebanyakan mikir untuk menghasilkan suatu keputusan. Ya, sebenarnya tidak berbeda jauh dengan tidak yakin. Hal ini saya rasa kurang baik. Tampaknya jadi mudah untuk dipengaruhi oleh orang, karakternya kurang kuat.

Apa yang harus saya lakukan ya?
Apakah memang sebaiknya begini?

feeling saya mengatakan demikian, dan saya cukup yakin dengan feeling yang saya rasa.

lalu salah dimana? sepertinya ada yang kurang kalau begini. tampak ada sesuatu yang miss.

Kuanggap kalau terlalu decisive dan kuat terhadap suatu pandangan, jadinya kurang bisa menerima pendapat dan usulan dari orang lain. Bener ndak?

hmmm, oke

mungkin akan saya coba untuk di breakdown permasalahannya.

masalah dimulai dari kurangnya keyakinan terhadap sesuatu dan terlalu lama mempertimbangkan suatu keputusan. Hal ini dikarenakan terdapat pikiran :
  • Ada kemungkinan bahwa orang lain benar dan lain salah. Sehingga bila saya ngotot, saya ngotot salah
  • Ada kemungkinan bahwa pendapat orang lain menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Hal ini kadang sering saya temukan ketika bertukar pikiran dan pendapat dengan teman saya. Beberapa yang dia usulkan memang lebih baik daripada yang saya usulkan
  • Mungkin ada juga yang beberapa saya tidak yakin baik atau benar dari awal. Sehingga hal ini dapat dipengaruhi oleh orang lain. Padahal ujung-ujung nya keyakinan saya yang lebih baik atau lebih benar
ya, itu dia

hal-hal itu yang buat saya serba salah ketika mengambil keputusan. Then, how should i react?

kupikir, mungkin sebaiknya kita meyakinkan kebenaran kita dulu sampai akhirnya yakin mana yang terbaik, kemudian melakukan decisive action.

Hmm, oke
jadi decision itu memang lebih baik dikomparasikan terlebih dahulu. Memang sih semakin banyak pikiran akan semakin membingungkan. Tapi dengan begitu referensi keputusan akan lebih berwawasan dan mungkin hasilnya akan lebih bijaksana.

oke, jadi semuanya memang harus berawal dari inisiasi awal. Bagaimana kita merumuskan sesuatu. Bagaimana kita merencanakan sesuatu dengan visi. Bagaimana kita dapat mengantisipasi hal-hal negatif.

Jadi, bukan sesuatu yang dibingungkan ketika terjadi. tapi sudah antisipatif dan ketebak.

Lalu, bagaimana bila kita menemukan hal-hal yang baru dan belum mengantisipasi sama sekali. Sedang kita membutuhkan waktu cepat untuk memutuskan.

Oke, mungkin sebaiknya kita tanyakan kembali tentang persoalan tersebut pada yang memberikan persoalan. Karena dia adalah orang pertama yang bisa kita tanya dan tahu tentang persoalannya.

Okay, i get the point

untuk sementara ini berarti inilah solusi terbaik saat ini



.

No comments:

Post a Comment