Friday, February 6, 2009

Mengkritik itu mudah. Menerima kritikan itu sulit.

Wew... ternyata orang memang lebih mudah untuk mengkritik orang lain daripada mengkritik diri sendiri.

Mengkritik orang lain tuh gampangnya kayak makan gorengan dengan satu tangan dan mata tertutup. Gampangnya minta ampun. Tapi kalau udah nyangkut diri sendiri pembelaannya udah kayak ngebela ibu pertiwi dari serangan penjajah aja.

ckckck...

Baru merasakan saya hari ini di kritik habis-habisan, dimana sebenarnya, seharusnya saya di puji habis-habisan karena telah melakukan tugas yang mulia demi perusahaan.

Bagaimana tidak? sebagian waktu saya luangkan untuk mengerjakan tugas-tugas dengan sepenuh hati dan penuh dengan kehati-hatian. Tapi apa yang saya terima? ckckck, ternyata tugas-tugas yang saya lakukan dianggap mudah dan saya hanya bermalas-malasan.

wah...

apa jadinya kalau anda jadi saya?

kayaknya enak tuh marah-marah sama supervisornya. trus ngebanting sedikit peralatan kantor dan akhirnya berteriak : "SAYA KELUAR DARI PERUSAHAAN INI!!!"

kayaknya nikmat tuh ya?

iya, sesaat. habis itu bingung ngga tau harus kerja apa.

eits, jangan salah. banyak yang mau nerima saya di perusahaan manapun.

iya sih... kalau kasusnya anda diincar oleh perusahaan lain yang bakal menggaji anda lebih besar hal tadi tidak jadi masalah.

tapi-tapi tunggu...

Kayaknya kalau kita cuma berenti sampe disitu ga bakal seru.

Coba ditambah lagi ceritanya...

setelah saya di maki-maki oleh supervisor. dengan hawa dan perasaan yang sejuk saya berkata pada supervisornya :
"ckckck, pak. tidak tahukah anda kalau saya itu selama ini berjuang demi perusahaan? tidak tahukah bahwa, ya memang pekerjaan saya mudah, tapi pekerjaan ini tetap membutuhkan waktu dan perhatian.

Bapak tidak percaya? silakan bapak coba sendiri pekerjaan saya.
Minimal selama 3 hari dan biarkan saya jadi supervisor bapak.

Nah, bila bapak merasa cara kerja yang saya lakukan itu ngga becus, maka bapak niscaya harus menunjukkan cara kerja yang becus menurut bapak. Tapi ingat! semuanya tidak boleh hanya digambarkan oleh kata-kata bapak, dan semua yang bapak jelaskan dilarang menggunakan kata 'cuma','hanya', dan berbagai macam kosa kata yang membuat pekerjaan seperti mengecat matahari pun semudah membalikkan telapak tangan.

Oke, terima kasih bila Bapak sudah mengerti."

wooowww...

kayaknya kalau ngomong kayak gitu saya udah kayak bos aja nih...

hehehe...

oke deh, saya coba itu ke supervisor saya...




No comments:

Post a Comment